Restoran Legendaris di Kawasan Prostitusi Amsterdam/Legendary restaurant in Amsterdam Prostitution Zone

KOMPAS.com – Amsterdam, ibu kota Belanda merupakan kota dengan beragam daya tarik, mulai dari yang bersifat kuno sampai modern. Salah satu obyek yang kadang lebih terkenal dari Museum Van Gogh ataupun Tour Kanal Rondvart di Amsterdam adalah Red Light District, sebuah kawasan prostitusi.

Red Light District sudah menjadi daya tarik wisatawan mancanegara sejak puluhan tahun silam. Di kawasan ini pula terdapat China Town Amsterdam dan di satu jalannya yaitu jalan Zeedijk,  berdiri Kuil Budha terbesar di Eropa bernama Fo Guang Shan He Hua. Kuil ini terlihat menonjol di antara bangunan sekitarnya. Tepat di depan kuil terdapat restoran China yang terbaik dan terlaris di Amsterdam yaitu Restoran Nam Kee China Town.

 

Restoran Nam Kee sudah berusia 30 tahun dan sejak puluhan tahun sudah dikenal baik di kalangan warga Amsterdam maupun dari kota-kota lain. Hal ini diketahui dari kesan-kesan tertulis pengunjungnya yang berasal dari Belanda dan negara lain sejak beberapa tahun yang lalu.

Semua tulisan menunjukkan apresiasi, pujian, dan rekomendasi kelezatan makanan yang berkualitas dan bercita rasa asli China. Di samping itu, pelayanan restoran ini cukup memuaskan karena penyajian makanan yang cepat dan harga makanan relatif terjangkau. Bahkan diakui beberapa pengunjung sebagai restoran China termurah di Amsterdam dan masih lebih murah jika dibandingkan dengan restoran China di kota lain.

Pada tahun 2011 restoran ini terpilih kembali untuk ketiga kalinya sebagai restoran China terbaik di Amsterdam (The Best Chinese Restaurant) dari Time Out Amsterdam Award. Sedangkan menurut surat kabar The New York Times, restoran ini merupakan “icon of the city” atau ikon Kota Amsterdam.

 

Pemilik restoran ini bernama Nam Chan, keturunan asli China yang sudah menjadi penduduk Belanda. Pada awal berdirinya di tahun 1981, restoran ini hanya menyediakan 16 kursi. Sampai saat ini restoran hanya menyajikan makanan bercita rasa asli China Cantonese. Sekarang Nam Chan sudah memiliki 3 restoran Nam Kee yang semuanya terletak di Amsterdam. Pertama berdiri di Zeedijk China Town, kedua di Nieuwmarkt, dan ketiga di Heinekenplein.

 

Restoran pertama yang berada di Zeedijk yaitu di kawasan Red Light District merupakan restoran yang paling terlaris dan terkenal sampai saat ini. Kepopuleran restoran ini didongkrak juga oleh pembuatan buku yang berjudul “The Oyster of Nam Kee” oleh Kees van Bijnum pada tahun 2000 yang dilanjutkan dengan pembuatan film drama layar lebar pada tahun 2002.

Makanan kerang saus kedelai (Oyster of Nam Kee) yang sangat terkenal di Restoran Nam Kee menginspirasi pembuatan buku dan film tersebut. Kepopulerannya terus dipublikasikan oleh berbagai media massa baik cetak dan elektronik. Serta, sudah menjadi buah bibir masyarakat Belanda dari masa ke masa.

 

Pemilik restoran pun sudah menerbitkan buku masak “The Oysters and Other Dishes” yang berisi resep-resep terbaik dan terpopuler dari restorannya. Restoran kedua dan ketiga lebih banyak diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dari kalangan menengah ke atas atau keperluan korporasi karena berkapasitas lebih besar dan modern. Di samping itu, kedua restoran yang lebih besar juga melayani pesanan makanan katering.

 

Pengunjung Restoran Nam Kee di Zeedijk harus mengantre untuk bisa mendapatkan meja yang kosong saat jam-jam makan padat pengunjung, baik itu hari kerja maupun hari libur. Hal ini saya alami sendiri saat berkunjung pada musim dingin dan musim panas. Setiap tiba di depan restoran, baru di pintu masuk yang kebetulan berukuran kecil sudah mengantre lebih dari 5 orang. Walaupun cuaca dingin atau hujan dan tidak terlihat pengunjung yang mundur dari antrean. Pengunjung bisa terlebih dahulu memesan tempat duduk melalui telepon agar tidak perlu mengantre.

 

Restoran ini sejak dahulu mempertahankan interior bergaya China dengan furnitur yang sederhana dan ruang masak terletak juga di sisi depan samping pintu masuk. Ruangan restoran tidak terlalu luas. Sekarang mampu menampung kurang lebih 100 kursi. Sekilas terlihat kurang nyaman jika restoran sudah dipenuhi pengunjung karena ruangan terlihat semakin sempit.

 

Suasana restoran semakin menambah kuat nuansa asli China karena pelayan dan koki berasal dari etnis China, sebagaimana terlihat dari fisiknya dan tidak ada yang berpenampilan etnis barat ataupun keturunan Belanda. Sikap pelayanannya juga sangat kental dengan gaya dari negeri asalnya yang selalu berwajah serius dan hampir tidak pernah tersenyum namun mereka bekerja sangat cekatan serta cepat melayani permintaan pengunjung.

 

Komunikasi antar pelayan atau koki sering masih menggunakan bahasa China bahkan ada yang tidak bisa berbahasa Inggris ataupun bahasa Belanda. Kesan ini yang memperkuat keaslian restoran China sehingga meninggalkan kesan yang tidak terlupakan bagi pengunjung yang sebagian besar bukan berasal dari etnis China.

 

Selain rasa makanan yang tetap sama seperti dari tempat asalnya di China, juga suasana restoran memperkuat kesan original China di negeri orang. Tampaknya hal ini yang membuat restoran Nam Kee semakin populer dan laris manis sepanjang masa di negeri orang.

 

Sebagian besar tamu restoran merupakan pengunjung setia atau langganan karena begitu tiba di restoran mereka langsung menyebutkan makanan yang dipesan tanpa perlu melihat buku menu. Seorang pengunjung setia yang tinggal di  Amersfoort, Rose Van der Haven menceritakan kesannya,

“Saya kalau datang ke sini selalu ingin mencoba beberapa jenis makanan tetapi saya sudah punya makanan favorit yaitu Wan Ton Soup yang bisa dimakan sendiri dan sup ini tidak ada tandingannya.”

Menurutnya jika datang ke restoran ini, sebaiknya menikmati beberapa macam menu karena semua makanan enak, namun disajikan dalam porsi besar. Dengan demikian, Rose menyarankan jika makan di restoran ini sebaiknya bersama dengan beberapa orang agar bisa memesan beberapa jenis makanan.

Di restoran ini makanan yang banyak disukai pengunjung adalah Kerang Saus Soya (Oyster Nam Kee), Bebek Peking Panggang  (Roasted Peking Duck), Ayam Asam Manis (Sweet and Sour Chicken), Babi Panggang (Roasted Pork), Wan Ton Goreng (semacam pangsit goreng), dan Soup Wan Ton. Termasuk juga beberapa makanan sayur serta seafood, nasi goreng dengan seafood (Nasi Yeung Chow), bakmi, bihun (Bihoen Singapore) dengan racikan bumbu asli resep tradisional China.

 

Restoran Nam Kee menyediakan kurang lebih 100 menu masakan dengan cita rasa asli China Cantonese. Wan Ton Soup sebagai makanan pembuka yang  menjadi favorit pengunjung seakan membuka napsu makan karena rasa kaldu yang pas dan 5 pangsit basah yang segar, bukan dari yang dibekukan di lemari es. Tambahan lagi isian daging bercita rasa tersendiri. Ada juga makanan pembuka lain seperti lumpia goreng kecil dan pangsit goreng (Fried Wan Ton) yang juga banyak dipesan pengunjung.

 

Lalu lanjutkan dengan makanan utama yang semuanya mempunyai rasa bumbu yang pas. Daging panggang baik dari bebek atau babi, dengan kulit renyah tetapi daging tetap empuk disiram kecap yang kental dan sangat gurih. Begitu pula masakan ayam dibungkus tepung yang renyah disiram saus yang segar, terasa asam manis di lidah.

 

Nikmatnya mencoba makanan laut berupa lobster berukuran besar dengan isi daging yang banyak serta kerang yang berukuran besar juga. Kedua bahan ini sudah dibumbui dan disiram saus khas China. Makanan seafood kerang yang paling terkenal adalah Oyster Nam Kee  yang dimasak sederhana dengan cara dikukus bersama bumbu kemudian disajikan dengan kecap.

 

Tentunya menu sayuran selalu menjadi pilihan pengunjung, seperti tumisan aneka sayur (Mix Vegetable with Bean Curd) yang rasanya hampir sama dengan yang biasa kita temui di restoran China berkualitas tinggi di Jakarta.

 

Tersedia juga menu nasi goreng yang kadang dipilih sebagai pengganti nasi putih. Ada pula masakan bakmi dan bihun yang juga banyak dipesan pengunjungnya. Minuman favorit pengunjung tidak lain adalah teh China yang disajikan dengan cawan kecil dan poci khas China. Teh dapat dinikmati secara gratis.

 

Kesempurnaan rasa di semua makanan membuat pengunjung ingin memesan semua makanan yang ada. Oleh karena itu pengunjung selalu berkeinginan untuk datang kembali ke restoran keluarga yang sudah dijalankan oleh dua generasi ini.

 

Kesuksesan restoran tradisional di negeri orang ini seyogyanya bisa menjadi inspirasi pengelola restoran Indonesia di Belanda. Di Amsterdam cukup banyak restoran Indonesia. Di antaranya Puspita, Raden Mas, Srikandi, dan Kantjil en de Tijger. Tetapi tampaknya belum ada yang sepopuler Restoran Nam Kee. Padahal peluang pasar cukup besar mengingat banyak warga Belanda yang mempunyai hubungan dengan Indonesia.

 

Pastinya kesuksesan Restoran Nam Kee tidak terlepas dari pengelolaan yang profesional dan tetap mempertahankan keaslian rasa dan suasana tradisional restoran khas China. Pemilik tahu betul keinginan dan kepuasan pelanggan serta  tetap memandang perlunya faktor promosi walaupun sudah menjadi ikon Amsterdam.

 

Mungkin juga faktor keberuntungan datang dari lokasi restoran yang berada tepat di depan tempat berdoa para warga Budha di kawasan wisata Amsterdam yang sangat strategis. Tahun 2011, Restoran Nam Kee berusia 30 tahun dan masih tetap menawarkan harga spesial bagi pengunjungnya sebagaimana bisa dilihat di situs web resminya. Tidak mustahil komentar seorang pengunjung asal Singapura bernama Lezah di tahun 2004 memang terbukti hingga saat ini, “Nam Kee is a Legend!”(Janine Helga Warokka)

 

http://travel.kompas.com/read/2011/11/08/16015051/Restoran.Legendaris.di.Kawasan.Prostitusi.Amsterdam

KOMPAS.com – Amsterdam, the Dutch capital is a city with a diverse appeal, ranging from the nature of ancient to modern. One of the objects that are sometimes more famous than Van Gogh Museum or Rondvart Canal Tour in Amsterdam is the Red Light District, an area of prostitution.Red Light District is the main attraction for foreign tourists since decades ago. In this area there is also China Town Amsterdam and in a way that is Zeedijk street, stands the largest Buddhist temple in Europe called the Fo Guang Shan He Hua. This temple stands out among the surrounding buildings. Right in front of the temple are the best Chinese restaurant in Amsterdam and selling the Nam Kee Restaurant China Town.

 

Restaurant Nam Kee is aged 30 years and since many years was well known among the citizens of Amsterdam and other cities. It is known from the written impressions of visitors who came from the Netherlands and other countries since many years ago.All writings show appreciation, praise, and recommendations of quality delicacies and authentic taste of China. In addition, the service is quite satisfactory because the restaurant serving fast food and food prices are relatively affordable. Even recognized some of the visitors as the cheapest Chinese restaurant in Amsterdam and still cheaper when compared to other Chinese restaurants in town.In 2011 this restaurant was re-elected for a third time as the best Chinese restaurant in Amsterdam(The Best Chinese Restaurant) from Amsterdam Time Out Award. Meanwhile, according to the newspaper The New York Times, this restaurant is an “icon of the city” or the icon City of Amsterdam.

 

This restaurant owner named Nam Chan, descendants of the original China is already a resident of the Netherlands. At its inception in 1981, this restaurant provides 16 seats only. Until now only restaurant serving authentic Chinese Cantonese flavor.

 

Now Chan Nam Nam already has threerestaurants which are all located Kee in Amsterdam. First established in Zeedijk China Town, Nieuwmarkt second, and third in Heinekenplein.The first restaurant was in the region Zeedijk Red Light District is the restaurant’s most famous and best selling to date. Also boosted the popularity of this restaurant by making a book called “The Oyster of Nam Kee” by Kees van Bijnum in 2000, followed by drama filming the big screen in 2002.Food shellfish soy sauce (Nam Kee Oyster of) a very famous Nam Kee Restaurant inspired the creation of the book and film. Its popularity continued to be published by various mass media both print and electronic. As well, has become a byword of Dutch society from time to time.The restaurant owner had already published a cook book “The Oysters and Other Dishes” which contains recipes from the best and most popular restaurants.

The second and third restaurant moreintended to meet the needs of visitors from the upper middle class or corporate purposes as larger capacity, and modern. In addition, the larger restaurant also serves food catering orders.Visitors Nam Kee Restaurant in Zeedijk should be able to get in line for an empty table when eating solid hours of visitors, both weekdays and holidays. This is my own experience during a visit in the winter and summer. Each arrived at the restaurant, just at the entrance of the small chance already lined up more than 5 people.

 

Although the cold weather or rain, and visitors who do not look back from the queue. Visitors can book seats in advance by telephone so do not need to queue.The restaurant is stylish interior since ancient China maintains with simple furniture and cooking chamber is also located on the front side of the entrance. Restaurant room is not too broad. Now able to accommodate approximately 100 seats. Brief look less comfortable if the restaurant was full of visitors since the room look more narrow.

 

The atmosphere of the restaurant adds a powerful feel of the original China as waiters and chefs are from ethnic Chinese, as seen from its physical appearance and no western or ethnic Dutch descent. Attitude of service is also very strong with the style of his native country who always faced serious and hardly ever smiles, but they work very nimble and quick to serve the demand of visitors.Communication between the waiter or chef often still use the Chinese language and some even do not speak English or Dutch. This reinforces the impression that the authenticity of Chinese restaurants that leave an unforgettable impression for visitors, mostly not from the ethnic Chinese.In addition to the food taste the same as from the place of origin in China, also reinforces the atmosphere of the original restaurant in the land of China.

 

This appears to make the restaurant Nam Kee increasingly popular and sold well in the land of all time.Most of the diners are loyal visitor or customer because once they arrive at the restaurant directly mention the food that was ordered without the need to look at the menu. A loyal visitor who lives in Amersfoort, Rose Van der Haven told his impression,”I always come here if you want to try some foods, but I already have a favorite food that is Wan Ton Soup can be eaten alone and this soup is unmatched.”He said if it comes to this restaurant, you should enjoy several kinds of menus for all the good food, but served in large portions. Thus, Rose suggests if you eat at this restaurant should be shared by several people to be able to order some food.In this restaurant the food is much favored visitor Shellfish Soya Sauce (Nam Kee Oyster), Peking Roast Duck (Peking Roasted Duck), Sweet & Sour Chicken (Sweet and Sour Chicken), Pork Roast (Roasted Pork), Fried Wan Ton (a kind of dumpling fried), and Wan Ton Soup. Including also some vegetable foods and seafood, fried rice with seafood (Rice Yeung Chow), noodles, vermicelli (Bihoen Singapore) with the original spice blend of traditional Chinese recipes.Nam Kee restaurant provides more than 100 dishes with the taste of authentic Cantonese China.Wan Ton Soup as an appetizer is a favorite of visitors seemed to open the appetite for the right flavor and broth 5 fresh dumplings wet, not frozen in the freezer. Additional another flavor of meat stuffing separately. There are also appetizers like tiny fried spring rolls and fried dumplings (Fried Wan Ton) who also ordered a lot of visitors.Then proceed with the main meals all have the right spice flavors. Roast duck or pork from either, with a crispy skin but the meat remains tender poured soy sauce is thick and very tasty. Similarly,chicken wrapped in a crispy flour sauce, fresh, sweet and sour on the tongue.Try delicious seafood in the form of a large lobster with a lot of meat and shellfish that are large as well. Both materials have been flavored and distinctive sauce China. Clams seafood is the most famous Nam Kee Oyster simple cooked by steaming with seasonings then served with soy sauce.Of course vegetable menu has always been the choice of visitors, such as sauteed mixed vegetables (Mix Vegetable with bean curd) that tasted almost the same as usual we meet at the high-quality Chinese restaurants in Jakarta.There is also a menu of fried rice that is sometimes chosen as a substitute for white rice. There are also noodle and vermicelli dishes are also a lot of visitors ordered. Visitors favorite beverage is none other than China tea is served with small bowls and pots typical of China. Tea can be enjoyed free of charge.Perfection of flavor in all foods to make visitors want to order all the food there. Therefore visitors are always willing to come back to the family restaurant was run by two generations.

 

The success of the traditional restaurants in the country this person should be an inspiration to Indonesia in the Dutch restaurant manager. Amsterdam is quite a lot of restaurants in Indonesia.Among them Puspita, Raden Mas, Heroine, and Kantjil en de Tijger. But apparently no one has been as popular as Nam Kee Restaurant. Though the market opportunity is quite large considering the many Dutch citizens who have a relationship with Indonesia.Surely the success of Nam Kee Restaurant is inseparable from the professional management and maintaining a sense of authenticity and atmosphere of a typical traditional Chinese restaurant.Owners know very well the desire and satisfaction, and continued to see the need for promotion factor though has become an icon of Amsterdam.May also luck factor comes from the location of the restaurant is right in front of the praying of the Buddhists in the tourist area of Amsterdam is very strategic. In 2011, Nam Kee Restaurant 30 years old and still offer special prices for visitors, as can be seen on his official website. Not impossible commented a visitor from Singapore named Lezah in 2004 is evident today, “Nam Kee is a Legend!” (Janine Helga Warokka)

 

Posted by rahasia wanita at 10:59 PM (translated

 

This entry was posted on September 13, 2012. 1 Comment

HUT RI ke-66: Perayaan Warga Minahasa di Belanda

KOMPAS.com – Setiap tahunnya, peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di Belanda dilaksanakan di rumah kediaman Duta Besar Indonesia yaitu Wisma Duta Wassenaar. Peringatan ini terbuka untuk umum, khususnya seluruh warga negara Indonesia yang berada di Belanda.

Acara dimulai dengan upacara bendera. Lalu dilanjutkan dengan pesta rakyat dan resepsi diplomatik serta serangkaian kegiatan pertandingan olah raga. Tahun ini di tanggal 17 Agustus hanya akan dilaksanakan upacara bendera dan pesta rakyat.

 

Kegiatan lainnya baru dilaksanakan pada bulan September 2011 yaitu setelah bulan puasa berakhir. Tentunya, warga Minahasa (Manado) di Belanda juga banyak yang mengikuti kegiatan tahunan peringatan HUT RI di Belanda.

 

Tahun 2011 ini, Gereja Minahasa Netherland melakukan peringatan HUT Ke-66 RI oleh warga Minahasa di Belanda dengan caranya sendiri. Mereka menggelar bazar sekaligus pertunjukan seni dan hiburan. Acara dilaksanakan di Gereja Onmoeting Hoofdorp Amsterdam pada Sabtu,   13 Agustus 2011, mulai dari siang sampai dengan malam hari.

Pimpinan Gereja Minahasa Netherland Roy Lumanauw, berinisiatif melaksanakan kegiatan peringatan HUT-RI yang baru pertama kali diadakan ini. Sementara itu, kegiatan bazar diketuai oleh Onny Tuwaidan. Acara ini dimaksudkan untuk menggantikan suasana pesta rakyat yang biasanya dinikmati tepat pada Hari Kemerdekaan RI.

 

Selain itu, acara tersebut juga untuk lebih meningkatkan kebersamaan, kekeluargaan, serta rasa kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Warga Minahasa di Belanda lokasinya tersebar di berbagai kota di Belanda. Namun, bagi mereka bukan suatu hambatan untuk mengunjungi bazar yang sekaligus menjadi ajang silahturami serta ungkapan kegembiraan warga Minahasa yang memang dikenal suka berpesta.

 

Kurang lebih 300 orang hadir di acara bazar, baik warga asli Minahasa maupun keturunan dan juga warga asli Belanda yang mempunyai hubungan keluarga atau pertemanan, termasuk juga warga keturunan Indonesia lainnya. Suasana Indonesia sangat terasa di sepanjang acara yang berlangsung di saat cuaca kota Amsterdam dingin dan hujan.

 

Suasana kemerdekaan juga terasa sekali karena ruangan acara dihiasi hiasan merah-putih. Para panitia juga berpakaian merah putih. Ada pula yang yang mengenakan kaus bergambar Pancasila seakan menggambarkan rasa bangga warga Minahasa sebagai warga negara Indonesia.

 

Nuansa Indonesia makin terasa karena di dalam ruangan bazar semua yang berdarah Indonesia khususnya warga Minahasa bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia dengan logat Manado yang sangat kental. Beberapa pertemuan komunitas Indonesia lainnya banyak yang sudah menggunakan bahasa Belanda.

 

Berada di ruangan acara tersebut bagaikan berada di negeri sendiri, Indonesia. Apalagi setelah kita menikmati sajian makanan yang ada di bazar. Sebab, semua makanan yang disajikan adalah khas Indonesia. Sebut saja mulai dari mi bakso, nasi rames, empek-empek palembang dan tentunya kue-kue Indonesia dan khas Manado. Ada juga minuman khas Indonesia yaitu cendol yang tersedia dengan harga terjangkau.

 

Dalam bazar, juga ditawarkan pakaian-pakaian batik dan daerah lainnya. Serta pernak-pernik perhiasan yang bernuansa Indonesia. Warga asli Belanda atau keturunan lainnya terlihat sangat tertarik dengan pakaian bermotif khas Indonesia karena sulit mencarinya di pasaran Belanda. Termasuk juga penjualan VCD dari penyanyi lagu-lagu rohani asal Minahasa yang sudah sangat populer di kalangan warga Kristiani Indonesia Belanda bernama Talita Doodoh. Ia juga hadir mempersembahkan beberapa lagu di acara itu. Rencananya, Talita akan tampil pada acara konser tunggalnya “30 Years Serving God” di Den Haag pada September 2011.

 

Acara berlangsung cukup lama karena para pengunjung tidak hanya menikmati makanan yang ditawarkan ibu-ibu asal Minahasa tetapi juga karena menikmati suasana acara hiburan yang disajikan panitia. Hiburan diisi dengan beberapa penyanyi Minahasa yaitu Talita Doodoh, Nova Mintje, dan juga penyanyi asal Jawa yang cukup terkenal di kalangan warga keturunan Indonesia di Belanda yaitu Yuli Lestari yang menyanyikan lagu-lagu berirama jazz.

 

Para pengunjung juga menikmati kegembiraan dengan turut berdansa sesuai jenis lagunya. Hampir semua jenis dansa seperti poco-poco sampai salsa bisa ditarikan para pengunjung. Tak pandang usia, mulai dari muda sampai yang sudah sangat lanjut usia alias opa-oma Manado. Mereka berdansa dan bernyanyi bersama sampai malam hari. Tentunya diselingi dengan menikmati makanan yang ada di bazaar. Itulah kegembiraan warga Minahasa yang sering dikenal dengan suka pesta-pesta dan suka makan.

Acara hiburan juga dilengkapi dengan atraksi tarian khas Indonesia dari penari asal Jawa yang menarikan tarian penyambutan dari Yogyakarta yang cukup memukau para penonton khususnya warga asli Belanda atau keturunan. Tampil juga tarian Bali yang dibawakan oleh seorang pria Palembang tapi berperilaku seperti wanita. Hal ini menarik perhatian pengunjung karena tarian dibawakan dengan gerakan yang tidak segemulai wanita asli namun mampu menambah kegembiraan penontonnya.

 

Di penghujung acara, panitia menawarkan yang pengunjung untuk membeli lotre atau sejenis undian yang biasa disebut permainan Tombola untuk mendapatkan beberapa barang hasil sumbangan warga Minahasa. Sebelum acara ditutup, panitia mengumumkan dua jago dansa wanita dan pria.

 

Suka cita Kemerdekaan RI ke-66 akan dirayakan kembali bersama dengan umat Kristiani Indonesia yang ada di Belanda dalam suatu Kebaktian Syukur Bersama HUT Kemerdekaan RI Ke-66 yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Umat Kristiani Indonesia Netherland, organisasi di bawah naungan Kedutaan Besar RI di Belanda pada Sabtu, 20 Agustus 2011 di Amsterdam. Sekali merdeka tetap merdeka, Dirgahayu Ke-66 Republik Indonesia. (Janine Helga Warokka)

 

http://travel.kompas.com/read/2011/08/16/19392020/Perayaan.Warga.Minahasa.di.Belanda.

Feast of Minahasa in the Dutch Citizens

COMPASS. com – Each year, the anniversary of Independence of the Republic of Indonesia in the Netherlands held at the residence of the Ambassador of Indonesia Wisma Duta Wassenaar. This memorial is open to the public, especially all Indonesian citizens residing in the Netherlands.

 

The event started with a flag ceremony. Then proceed with the party of the people and the diplomatic reception and a range of sporting activities. This year on August 17 only will be conducted the flag ceremony and festival.

other new activities undertaken in September 2011 ie after the fasting month is over. Of course, the people of Minahasa (Manado) in the Netherlands are also many who follow the activities of the annual anniversary of Indonesia in the Netherlands.

 

In 2011, the Church of Minahasa Netherland doing Anniversary Ke-66 RI by Minahasa in the Dutch citizen in his own way. They held a bazaar as well as performing arts and entertainment. The event held at the Church Onmoeting Hoofdorp Amsterdam on Saturday, August 13, 2011, from noon until night.Church Leader Minahasa Netherland Lumanauw Roy, took the initiative to carry out memorial activities HUT-RI for the first time this was held. Meanwhile, the bazaar is chaired by Onny Tuwaidan. The event was intended to replace the party atmosphere that usually enjoyed the right of the people on Independence Day.

 

In addition, the event also to further enhance the togetherness, family, and a sense of unity as a nation of Indonesia. Residents Minahasa in the Dutch locations spread across various cities in the Netherlands. However, for those not a barrier to visiting the bazaar which also became the arena as well as expressions of joy silahturami Minahasa people who are known for partying.

 

Approximately 300 people attended the event bazaar, either native or descendant of Minahasa and also native Dutch citizens who have family ties or friendship, as well as other citizens of Indonesian descent. Indonesia atmosphere is felt throughout the event which took place in Amsterdam when the weather is cold and rainy.

atmosphere of independence also felt at all because the show room decorated red and white ornaments. The committee also dressed in red and white. There also is wearing a T-shirt with the Pancasila as the Minahasa people describe a sense of pride as a citizen of Indonesia.

 

Shades of Indonesia increasingly felt since the indoor bazaar that bleeds all Minahasa Indonesia especially residents converse in Indonesian with a very thick accent Manado. Some other Indonesian community meeting many of which already use the Dutch language.

 

Being in the show room is like being in their own country, Indonesia. Especially after we enjoy a dish of food in the bazaar. Therefore, all food served is typical of Indonesia. Call it the start of the meatball noodles, rice rames, empek-empek Palembang and of course cakes and typical Manado Indonesia. There is also a typical drink Indonesia is cendol are available at affordable prices.

 

In the bazaar, also offered batik clothing and other areas. Jewelry and knick-knacks nuanced Indonesia. Native of the Netherlands or other breeds look very interested in clothes typical patterned Indonesia because it is difficult to look at the Dutch market. Including sales of VCD from singer hymns from Minahasa is already very popular among Christians Indonesia Dutchman named Talitha Doodoh. He also attended to present a few songs on the show. The plan, Talita will perform at the concert “30 Years Serving God” in The Hague in September 2011.

 

The event lasts long enough for the visitors not only enjoy the food offered Minahasa home mothers but also for enjoying entertainment events presented by the committee. Entertainment filled with some of Talita Doodoh Minahasa singers, Nova Mintje, and also singer of Java is very well known among residents of Indonesian descent in the Netherlands is Yuli Lestari who sang songs of rhythmic jazz.

 

The visitors also enjoy the excitement of dancing in accordance with the co-type of song. Almost all types of poco-poco dance like salsa can be danced to the visitors. No view of age, ranging from young to have a very advanced age Manado aka opa-oma. They danced and sang together until the evening. Of course, interspersed with a meal at the bazaar. That’s the joy of the Minahasa people who are often known by the likes parties and like to eat.

 

event entertainment attractions are also equipped with a typical dance from the dancer from Java Indonesia who danced the dance of welcome from Yogyakarta is quite riveting the audience especially the native Dutch residents or descendants. Shown also Balinese dance performed by a man Palembang but behaves like a woman. This attracted the attention of visitors because of the dance movements performed with the native women segemulai not yet able to increase the excitement of the audience.

 

At the end of the show, the committee offers the visitor to buy a lottery or sweepstakes kind commonly called Tombola game to get some items donated by citizens of Minahasa. Before the show closed, the organizers announced two dance champion of women and men.

 

Joy to the 66th Independence Day will be celebrated again together with Christians in Indonesia in the Netherlands in a Eucharistic Worship Together HUT RI Ke-66 Independence, held by Christians Cooperation Agency Indonesia Netherland, organizations under the auspices of the Embassy in the Netherlands on Saturday, August 20, 2011 in Amsterdam. Once independence remain independent, Ke-66 Long live the Republic of Indonesia. (Janine Helga Warokka)

 

http://9to5musical.com/kompas/feast-of-minahasa-in-the-dutch-citizens/

This entry was posted on September 13, 2012. 1 Comment

Pesona Kincir Angin Belanda nan Legendaris/Nan charm Legendary Dutch Windmills

KOMPAS.com – Belanda tidak hanya terkenal dengan bunga tulip tetapi juga kincir angin. Kincir angin merupakan warisan budaya yang memesona bangsa-bangsa lain sehingga menjadi ikon Belanda dengan sebutan Negeri Kincir Angin.

Orang Indonesia sudah sangat kenal dengan ikon kincir angin Belanda. Karena, sebuah toko roti terkemuka di Indonesia menggunakan nama negara tersebut dengan ikon kincir angin di atas bangunan tokonya.

Menemukan kincir angin di negara asalnya Belanda sesungguhnya tidak sulit. Sebab bangunan khas kincir angin yang sudah ada di Belanda sejak ratusan tahun yang lalu ini masih banyak  tersebar di seluruh wilayah Belanda .

Kincir angin pada awal keberadaannya di Belanda sekitar abad 13 berfungsi untuk mendorong air ke lautan agar terbentuk daratan baru yang lebih luas (polder). Hal ini mengingat letak dataran Belanda yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut.

Dengan perkembangan teknologi, sekitar abad ke-17 kincir angin digunakan juga sebagai sarana pembantu di bidang pertanian dan industri. Seperti memproduksi kertas, mengasah kayu, mengeluarkan minyak dari biji, dan menggiling jagung.

Jumlah kincir angin beberapa abad lalu ada sekitar 10.000 kincir angina. Sekarang, kurang lebih 1000 kincir angin. Sebagian kincir angin yang ada sekarang masih berfungsi serta menjadi  obyek wisata yang sangat menarik.

Setiap orang yang pernah berkunjung ke Belanda sudah bisa dipastikan akan mencari kincir angin. Sebagian besar kincir angin yang tersebar di seluruh wilayah Belanda sekarang hanya berdiri sendiri (satu bangunan) di suatu lokasi daerah.

Sedangkan yang merupakan kumpulan kincir angin, ada di dua tempat dan sudah menjadi obyek wisata yang terpopuler di Belanda.

Tempat ini adalah kawasan wisata yang dilestarikan atau dilindungi yaitu Zaanse Schans di Provinsi Belanda Utara (Province North Holland) dan Kinderdijk di Provinsi Belanda Selatan (Province South Holland).

Kumpulan kincir angin di kawasan wisata Zaanse Schans tampaknya belum banyak dikenal warga Indonesia yang berkunjung ke Belanda. Padahal lokasinya hanya 30 menit perjalanan dengan mobil, bus atau kereta api dari Bandara Schiphol Amsterdam atau 15 menit dari Centrum Amsterdam.

Jarang orang Indonesia yang membicarakan keindahan obyek wisata di Zaanse Schans terutama pemandangan kincir angin yang terletak berjajar di pinggiran sungai yang besar dan di tengah hamparan daerah pertanian yang hijau serta rumah-rumah tradisional Belanda.

Berkunjung ke kawasan wisata Zaanse Schans seyogyanya tidak dilewatkan saat mengunjungi Belanda karena lokasinya tidak jauh dari Amsterdam, terutama saat udara tidak dingin khususnya pada musim panas.

Mengunjungi kawasan wisata Zaanse Schans yang  dilestarikan ini selain menambah pengetahuan tentang fungsi kincir angin juga akan mengenal sekaligus menikmati keindahan daerah yang mempresentasikan cara hidup orang Belanda abad 17-18 atau dikenal juga sebagai Open Air Museum.

Wisatawan bisa menikmatinya dengan berjalan kaki di sepanjang tepi Sungai Zaan, mengunjungi berbagai obyek wisata di kawasan tersebut. Bisa juga dengan menaiki kapal wisata menyusuri sungai (rondvaart) merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga yang hanya ada di negeri kincir angin ini.

Kawasan wisata Zaanse Schans terletak di wilayah pemerintahan Zaanstad  yang ibukotanya di Zaandam dan terkenal  juga sebagai kota industri pertama di Eropa. Kawasan wisata Zaanse Schan berada di kota Zaandijk yang berdekatan dengan Zaandam.

Setiba di Zaandijk setelah menggunakan transporatasi kereta api yang berhenti di stasiun Koog aan de Zaan akan terlihat Sungai Zaan yang besar dan banyaknya kincir angin dengan aneka bentuk dan ukuran besar atau kecil.

Kemudian kita akan menghirup bau coklat yang sangat tajam dari suatu pabrik coklat yang juga sudah berumur ratusan tahun. Sebelum tiba di kawasan wisata Zaanse Schans akan melewati pemukiman yang sebagian besar rumahnya masih berasitektur kuno (Oud Zaandijk).

Kemudian menyebrangi jembatan yang sangat modern. Salah satu bagian jalan jembatan akan terangkat ke atas apabila kapal laut yang berukuran besar akan melewati bawah jembatan. Memasuki kawasan wisata Zaanse Schans tidak dipungut biaya.

Wisatawan langsung akan terlihat bangunan rumah kayu tradisional Belanda yang sudah berumur ratusan tahun (Zaanse Huisjes) dengan arsitektur unik khas Belanda yang sebagian besar dinding rumah kayunya berwarna hijau dan merupakan ciri khas rumah warga di wilayah Zaandstad.

Di pinggiran Sungai Zaan di kawasan wisata yang dilestarikan ini terdapat kumpulan kincir angin yang bentuknya beraneka ragam dan setiap kincir angin itu mempunyai fungsinya masing-masing.Di sini bisa dilihat cara kerja kincir angin baik untuk keperluan mengeringkan lahan maupun keperluan industri dan pertanian. Di sepanjang Sungai Zaan dahulunya ada ribuan kincir angin.

Sekarang di kawasan Zaanse Schans tinggal 6 kincir angin yaitu De Huisman (pembuatan makanan saus mustard), De Kat (pembuatan cat), De Gekroonde Poelenburg & Jonge Schaap (penggergajian kayu), De Zoeker & De Bonte Hen (pembuatan minyak).

Ditambah 2 kincir angin yang kecil adalah De Windhond (pengasah batu) dan De Hadel (menguras air). Kincir-kincir angin ini pada musim dingin hanya dibuka untuk umum pada akhir pekan saja atau sesuai perjanjian kecuali Jonge Schaap yang buka setiap hari.

Untuk masuk ke dalam kincir angin dan melihat aktivitas dalam kincir angin akan dikenakan biaya. Sesungguhnya masih ada lagi kincir angin di luar wilayah kawasan wisata yang dilestarikan yang jumlahnya puluhan di wilayah Zaanstad ini.

Di kawasan wisata ini terdapat beberapa museum yang mempresentasikan kehidupan masa lalu orang Belanda abad 17-18 khususnya di wilayah Belanda Utara. Museum Zaans menyimpan koleksi artefak dan lukisan mengenai kehidupan orang Belanda ratusan tahun yang lalu.

Meseum yang lebih kecil di wilayah ini terkait dengan perusahaan-perusahaan ternama yang awalnya berdiri di Zaandam, seperti Verkade Paviljoen (produsen makanan coklat dan kue).

Ada pula museum dari supermarket tertua dan terbesar di Belanda saat ini yaitu Alberthijn yang berdiri pada tahun 1887. Lalu ada Het Nederlandse Uurwerk (museum jam), Bakkerij museum in de Gecroonde Duyvekater (museum pembuatan roti dan kue).

Museum Kincir Angin juga bisa dilihat tetapi terletak di Koog aan de Zaan saat berjalan memasuki Zaandijk.

Yang menarik di kawasan wisata Zaanse Schans bisa dilihat produk traditional Belanda lainnya yaitu pabrik pembuatan keju sekaligus toko penjualan keju (De Catherine Hoeve) dan pabrik  pembuatan sepatu kayu bakiak atau klompen (the Wooden Shoe Workshop the Zaanse Schans) yang tidak dipungut biaya masuk.

Klompen yang dibuat bentuknya unik dan lucu. Ada yang diukir, klompen sepatu roda, dan klompenketawa. Ada juga pabrik kerajinan tembaga (The Coopery) dan perak yang sudah ada sejak ratusan tahun pula (The Tinkoepel).

Salah satu obyek wisata yang baru di Zaanse Schans adalah Museum Penyulingan Minuman yang memperlihatkan proses penyulingan 150 tahun yang lalu, tentunya pengunjung dapat mencicipi pula.

Untuk kenyamanan wisatawan tersedia pula toko-toko cinderamata (Vrede Souvenirs & Gift, Souvenirs & Diamonds ‘Saense Lelie’), toko barang-barang antik dan unik (Het Jagershuis).

Melengkapi kenyamanan berwisata di kawasan ini tersedia beberapa restoran dengan interior dan makanan khas Belanda. Di antaranya yang menyediakan kue traditional Belanda pannekoek (pancake) berukuran diameter 29 cm yang bisa dinikmati di Restoran De Kraai.

Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini dari berbagai penjuru dunia. Mereka mengakui kincir angin merupakan bangunan tradisional yang bentuknya sangat unik sehingga terlihat memesona. Mereka juga menjadi lebih kagum karena ternyata kincir angin itu mempunyai fungsi yang sangat berarti bagi kehidupan orang Belanda dahulu dan sekarang.

Saat ini kincir angin sudah menjadi obyek wisata yang sangat menarik jika kita ingin lebih mengenalnya bersama dengan warisan budaya lainnya yang ada di Zaanse Schans. (Janine Helga Warokka)

http://travel.kompas.com/read/2011/10/03/16484441/Pesona.Kincir.Angin.Belanda.nan.Legendaris

KOMPAS.com – The Netherlands is not only famous for its tulips but also a windmill. The windmill is a fascinating cultural heritage of other nations that became an icon of the Netherlands as the land of Windmills.Indonesian people are very familiar with the iconic Dutch windmills. Because, a leading bakery in Indonesia using the name of the country with windmills icon above his store building.Find a windmill in his home country the Netherlands is not really difficult. For a typical building of existing windmills in the Netherlands since hundreds of years ago is still widely spread throughout the Netherlands.

 

The windmill at the beginning of its existence in the Netherlands about the 13th century served topush the water into the ocean in order to form a new, more extensive land (polders). This is because the location of most of the Dutch land area is below sea level.With the development of technology, about the 17th century windmills used also as a means of helpers in agriculture and industry. Such as the manufacture of paper, honing timber, remove the oil from the seeds, and grind corn.Number of windmills a few centuries ago there were about 10,000 wind turbines. Now, about 1000 windmills. Most of the windmills are still functioning well as a very interesting tourist attraction.Anyone who has ever been to the Netherlands can certainly be looking for a windmill. Most of the windmills are scattered throughout the Netherlands is now just a stand-alone (one building) in a location area.

 

While that is a collection of windmills, is in two places and has become a popular tourist attractionin the Netherlands.This place is a tourist area is preserved or protected Zaanse Schans in the province of Noord-Holland (North Holland Province) and Kinderdijk in the province of South Holland (Province South Holland).A collection of windmills in Zaanse Schans tourist area seems not widely known citizens of Indonesia who visited the Netherlands. Though located just 30 minutes away by car, bus or train fromAmsterdam Schiphol Airport or 15 minutes from Amsterdam Centrum.Indonesia rare people who talk about the beauty of attractions in the Zaanse Schans windmill landscape mainly located lining the riverbanks and in the middle of a large expanse of green agricultural areas as well as traditional Dutch houses.Been to the tourist area of Zaanse Schans should not be missed when visiting the Netherlands because of its location not far from Amsterdam, especially when the air is cold, especially in the summer.Zaanse Schans to visit a tourist area which is conserved in addition to increasing knowledge about the function of the windmill will also recognize and enjoy the beauty of the present century the Dutch way of life 17-18, also known as the Open Air Museum.Travelers can enjoy a walk along the banks of the River Zaan, visiting various attractions in the region. Can also tour boat ride down the river (rondvaart) is a very valuable experience that exists only in this country windmills.Zaanse Schans tourist area is located within the area of capital Zaanstad in Zaandam and famous as well as Europe’s first industrial city.

 

Zaanse Schan tourist area in the adjacent town of Zaandam Zaandijk.Arriving at Zaandijk after using transporatasi train that stops at the station aan de Zaan Koog will look great Zaan River and its many windmills with a variety of shapes and sizes large or small.Then we’ll breathe the smell of chocolate is very sharp from a chocolate factory are also hundreds of years old. Before arriving at the Zaanse Schans tourist areas will pass through most residential homes are still ancient berasitektur (Oud Zaandijk).Then across a bridge that is very modern. One part of the road bridge will be lifted up when the ship is large will pass under the bridge.

 

Entering the tourist area of Zaanse Schans is free of charge.Direct tourists will see traditional wooden houses Dutch hundreds of years old (Zaanse Huisjes) with a unique architecture that most of the typical Dutch wooden walls are green and it is typical of homes in the area Zaandstad.On the outskirts of the River Zaan in the tourist areas have preserved windmill-shaped collection of diverse and each windmill have their respective functions.Here can be seen how the windmills work for both dry land and industrial and agricultural purposes.Along the River Zaan was once there are thousands of windmills.Now in the Zaanse Schans windmill is live 6 De Huisman (food manufacture mustard sauce), De Kat (paint manufacture), De Jonge Gekroonde Poelenburg & Schaap (sawmill), De De Bonte Hen & Zoeker (oil making).Plus 2 small windmill is De Windhond (stone grinder) and De Hadel (drain water). Windmill-windmill is in the winter only opened to the public on weekends only or by appointment except Jonge Schaap is open every day.To get into the windmill and see the activities of the windmills will be charged. Surely there’s morewind turbines outside the tourist area of the conserved region whose number of tens in thisZaanstad region.

 

In tourist areas there are several museums that present the life of the past century Dutch people 17-18, especially in the North Holland region. Museum collection of artifacts and Zaans save the lives of Dutch paintings hundreds of years ago.Smaller museum in the region associated with reputable companies that originally stood in Zaandam, such as Verkade Paviljoen (producers of food and chocolate cake).There is also a museum of the oldest and largest supermarket in the Netherlands today is Alberthijn who stood in 1887. Then there Het Nederlandse Uurwerk (museum hours), in de Gecroonde Bakkerij Duyvekater museum (museum of making bread and cakes).Windmills Museum can also be seen but is located in Koog aan de Zaan as he walked into the Zaandijk.What is interesting in the tourist area of Zaanse Schans to see other products are traditional Dutch cheese-making factory as well as shops selling cheese (Catherine De Hoeve) and plant manufacturing of wooden clogs or shoes Klompen (the Wooden Shoe Zaanse Schans the Workshop) which is free to enter.Klompen created a unique and funny shapes.

 

There is a carved, Klompen skates, and Klompen laugh.There are also manufacturers of copper sinks (The Coopery) and silver that have been around for hundreds of years as well (The Tinkoepel).One of the attractions that are new in Zaanse Schans Refining Beverage Museum that shows the process of distillation of 150 years ago, of course, visitors can sample too.For the convenience of tourists are also souvenir shops (Vrede Souvenirs & Gift, Souvenirs & Diamonds ‘Saense Lelie’), antique shops and unique (Het Jagershuis).Complementing convenience of traveling in this area are several restaurants with typical Dutch interior and food. Of which provides a traditional Dutch pastry Pannekoek (pancake) measuring 29 cm in diameter that can be enjoyed at Restaurant De Kraai.Tourists visiting the region from around the world.

 

They acknowledged the traditional windmills are building a very unique shape so it looks stunning.They also become more amazed because it’s windmills have functions that are meaningful to the lives of Dutch past and present.Current windmill has become a tourist attraction that is very interesting if we want to get to know along with other cultural heritage in the Zaanse Schans. (Janine Helga Warokka)

 

Posted by rahasia wanita at 11:23 PM (translated from

Pesona Kincir Angin Belanda nan Legendaris)

 

http://sis-komodos.blogspot.nl/2012/05/nan-charm-legendary-dutch-windmills.html?spref=fb

Wisata Amsterdam: Berburu Cenderamata di Bloemenmarkt

KOMPAS.com – Cenderamata atau souvenir merupakan salah satu bagian dari perjalanan seseorang ke luar kota, baik itu perjalanan untuk pekerjaan, berlibur atau maksud lainnya. Sudah kebutuhan manusia di zaman modern sekarang membawa cenderamata saat kembali ke rumah, baik itu untuk kenang-kenangannya sendiri ataupun untuk diberikan kepada keluarga dan teman-temannya.

 

Perjalanan ke Negara Belanda (Netherland atau Holland) salah satu negara di Eropa bagi  kebanyakan orang Indonesia tentunya suatu kesempatan yang berharga. Amsterdam, ibukota Negara Belanda yang merupakan pintu masuk internasional melalui Bandara Udara Schiphol dan juga salah satu kota wisata yang terkenal di Belanda. Sudah tentu banyak turis atau wisatawan yang singgah di Amsterdam akan mencari cenderamata.

 

Belanda terkenal dengan berbagai cenderamata yang khas seperti keju yang pusatnya di Edam, hiasan keramik biru (Delft Blue) di Delft, sepatu khas Belanda (klompen) dan tentunya aneka bentuk souvenir yang menunjukkan simbol Belanda seperti Kincir Angin dan bunga Tulip. Untuk mendapatkan cenderamata tersebut tidak perlu kita mengunjungi pusat pembuatannya yang kadang berlokasi jauh dari Amsterdam, tapi cukup mencari di Amsterdam Centrum.

 

Cenderamata berupa makanan juga tersedia selain keju seperti kue kering Spekulas, Stroopwafels, Onbitjkoek dan tentunya termasuk makanan kecil coklat yang menjadi salah satu oleh-oleh favorit warga Indonesia karena kita ketahui beberapa merek coklat di Indonesia berasal dari Negeri Kincir Angin ini.

Jalan-jalan di Amsterdam terutama di pusat kota (wilayah Centrum Amsterdam) tidak sukar menemukan kios atau toko yang menjual berbagai jenis cenderamata yang khas Belanda ataupun yang unik termasuk yang bernuansa sepak bola karena kepopuleran tim sepak bola Belanda di Piala Dunia. Kios-kios cenderamata khas Belanda terletak di sepanjang jalan antara Central Station Amsterdam dengan Dam Square.

 

Bahkan cenderamata juga dijual di beberapa pertokoan termasuk kue-kue khas Belanda yang dikemas dengan pembungkus yang bernuansa Belanda (seperti kaleng dengan gambar biru Delft). Belanda juga terkenal dengan pelukis terkenal seperti Rembrandt, Van Gogh oleh karena itu ada kios cenderamata yang menjual karya seni lukis yang bisa ditemukan sekitar obyek wisata di Amsterdam.

 

Walaupun demikian, akan lebih mudah mencari cenderamata dengan harga relatif terjangkau dan jenis yang beragam di satu-satunya pasar bunga terapung bunga di Belanda yaitu Bloemenmarkt atauFlower Market.

Pasar terapung Bloemenmarkt terletak di wilayah Centrum Amsterdam sekitar wilayah pertokoan, di salah satu kanal tertua Singel di antara Muntplein dan Koningsplein dan didirikan pada tahun 1862. Di pasar ini terdapat kurang lebih 15 kios yang menjual  bunga, tanaman atau campuran dengan cenderamata Belanda dan yang khusus menjual berbagai cenderamata. Selain itu di sisi depan kios-kios terapung yang berukuran cukup luas bisa dilihat juga toko-toko atau kios cenderamata yang lebih khusus seperti menjual keju, perhiasan hari raya Natal, barang-barang unik (crazy gifts) bahkan ada yang menjual cenderamata dari benua Asia termasuk Indonesia seperti kipas dan payung.

 

Awalnya sampai dengan tahun 1960-an pasar terapung ini hanya menjual tanaman atau pohon yang dibawa dengan perahu-perahu setiap harinya dari luar kota Amsterdam. Lama kelamaan pasar bunga ini menjadi terkenal di kalangan para wisatawan dan akhirnya menjadi salah satu objek wisata yang menjual bunga-bunga potong terutama bunga khas Belanda yaitu Tulip dan juga bunga-bunga lain atau pohon sesuai musimnya. Disamping itu bunga-bunga yang dikeringkan dan juga berbagai macam cenderamata khas Belanda.

 

Cenderamata khas Belanda di pasar bunga terapung ini pada musim panas (summer) akan terlihat lebih beragam dibanding musim lainnya. Pasalnya pada masa ini yang terbanyak jumlah wisatawannya di Belanda khususnya  Amsterdam. Untuk itu jangan lewatkan kunjungan ke pasar terapung Bloemenmarkt jika berada di Belanda pada musim panas.

 

Kios-kios di pasar terapung tidak hanya dimiliki warga asli Belanda tapi juga para pendatang seperti warga India, Timur Tengah yang sudah menjadi warga negara Belanda. Menurut Yordan, salah satu penjual yang juga seorang pendatang dari Timur Tengah mengatakan pasar ini paling ramai saat musim panas. “Turis yang paling banyak membeli cenderamata adalah orang Rusia dan Itali,” katanya. Pada musim panas memang terlihat pasar ini sangat padat atau ramai pengunjungnya dibanding musim dingin. Pada musim dingin, pasar ini banyak menjual pohon-pohon Natal dengan berbagai bentuk dan ukuran.

 

Jenis-jenis cenderamata khas Belanda khususnya keramik dengan hiasan Delft Blue di Bloemenmarkt boleh dikatakan cukup beragam dan lengkap, harganya pun cukup terjangkau mulai dari 2 Euro. Jangan khawatir, yang murah ada lagi, cenderamata seharga 0,75 Euro yaitu gantungan kunci kamera kecil dengan slide gambar-gambar Belanda.

 

Semua harga yang tercantum sudah tidak bisa ditawar sebagaimana tertulis di tempat pajangannya. Tentunya juga ada yang berkualitas sangat baik dan lebih mahal seperti yang dijual di toko-toko cenderamata. Berbagai cenderamata yang bisa ditemukan di pasar ini antara lain kincir angin, bunga tulip dari kayu atau kain silk, sepatu kayu khas Belanda (klompen),  keramik bermotif Delft Blue yang berbentuk rumah khas Belanda atau piring, gelas, hiasan rumah, vas bunga, alat rumah tangga dan juga aneka gantungan kunci. Selain itu ada kulkas magnetic (magnet memo holder) serta hiasan lainnya yang bernuansa Belanda tentunya. Di tempat ini Anda juga bisa menemukan cenderamata lain seperti payung, jas hujan, postcard, kaos dan pot bunga yang  tampak lebih indah karena diwarnai atau dilukis.

 

Jika ingin melihat atau membeli cenderamata Bunga Tulip diluar masa Bunga Tulip berbunga (Maret-Mei) maka di pasar ini bisa ditemukan Bunga Tulip yang terbuat dari kayu, kain silk yang juga beraneka-warna seperti aslinya dan dijual juga bibit-bibit atau bongkol bunga (bulb/bloembollen) yang khusus untuk ekspor serta ada juga yang dikemas lebih indah dengan wadah yang berkhas Belanda seperti dalam sepatu keramik klompen.

 

Akan tetapi  perlu Anda ketahui untuk Bunga Tulip tentunya hanya bisa tumbuh di daerah dingin. Bunga lainnya dan tanaman hidup juga banyak ditemukan di pasar ini bahkan tanaman yang sudah dibuat lebih menarik juga tersedia seperti kaktus yang berwarna-warni , tanaman bonsai dari buah-buahan serta rangkaian bunga dan tanaman di wadah khusus sehingga cocok untuk hadiah. Rangkaian bunga dan tanaman di dalam wadah yang menarik saat ini menjadi salah satu pilihan hadiah warga Belanda.

 

Namun, untuk membawa tanaman atau bunga keluar dari Belanda disarankan mendapatkan izin dari imigrasi dengan mendapatkan cap terlebih dahulu paket bunga tersebut. Pasar bunga ini buka setiap hari Senin sampai dengan Sabtu mulai jam 9 pagi sampai  jam 5.30 sore, sedangkan pada hari Minggu buka jam 11 sampai jam 5.30 sore. Yuk ke Bloemenmarkt…! (Janine Helga Warokka)

http://travel.kompas.com/read/2011/08/06/17261560/Berburu.Cenderamata.di.Bloemenmarkt 

Halo…

Welcome to my site..

I will share some of my travel stories especially in Holland…enjoy it !

 

This entry was posted on October 5, 2011. 5 Comments